Tuesday 1 July 2014

My Christmas 2013

pohon natal
Setelah sekian lama tidak menulis, kali ini saya mau berbagi pengalaman yang harusnya di-posting awal tahun 2014, namun apa daya baru bisa rampung tulisannya hari ini.

Natal tahun 2013 adalah Natal yang sangat berbeda dan berkesan bagi saya, cukup sulit menggambarkan bagaimana perasaan saya dalam menikmati Natal tahun 2013. Ada rasa bersemangat, sedih, kesepian, tapi sekaligus juga sukacita.

Sejak bulan Maret 2013, saya tinggal di Batam selama 1 tahun dalam rangka program training yang menjadi program kuliah wajib di kampus saya. Saya bekerja di perusahaan Travel Agent atau Jasa Pariwisata. Dan itu berarti saya harus menanggung 2 resiko atas keputusan saya.
  1. Bekerja di saat semua orang pergi berlibur
  2. Merayakan Natal dan Tahun Baru tidak bersama keluarga
Dan kedua resiko tersebut sudah saya alami di Natal 2013 kemarin. Tepat 2 hari sebelum Natal yaitu tanggal 23 Desember, saya harus berangkat ke Singapura mendampingi sebuah keluarga dalam liburan mereka hingga tanggal 27 Desember. Untuk pertama kali dalam hidup saya, saya melalui Malam Natal dan Hari Natal tanpa keluarga juga tanpa ke Gereja (saya mengikuti ibadah Natal pada tanggal 22 Desember). Tapi justru ada beberapa pelajaran baru yang dibukakan bagi saya dalam kejadian ini.
  • Arti sebuah keluarga
Selama ini bagi saya, mungkin merayakan hari-hari penting bersama keluarga rasa nya tidak terlalu istimewa. Hal biasa yang setiap saat dapat dilakukan dan lebih mengarah pada rutinitas saja. Bahkan beberapa kali saya memilih untuk merayakan hari istimewa bersama dengan teman dan mengabaikan keluarga. Tetapi pengalaman di akhir tahun 2013 mengubah pola pikir saya tentang arti kebersamaan sebuah keluarga. Kebersamaan keluarga bukan sekedar rutinitas murahan yang setiap saat kita mau lalu kita dapatkan atau saat kita tidak mau lalu kita tinggalkan. Sungguh, tidak ada hal yang lebih indah dibanding seseorang dapat menghabiskan waktu dan momen bahagia bersama keluarganya. Berbahagia dan bahagiakanlah keluarga kita selagi ada kesempatan.

  • Arti sebuah pelayanan
Saya banyak belajar dari profesi dan pekerjaan yang saya jalani di bidang Tour and Travel (kami biasa menyebutnya dengan industri jasa). Jika teman-teman pernah jalan-jalan menggunakan jasa agen wisata, saya mengajak teman-teman untuk mengingat kembali kegiatan pemandu wisata kalian pada waktu itu. Apakah teman-teman puas dengan pelayanannya atau belum? yang belum pernah suatu saat nanti ketika kalian jalan-jalan dengan didampingi pemandu wisata, teman-teman bisa ingat-ingat apa yang saya bagikan disini.

Menjadi seorang pemandu wisata menurut saya bisa dikatakan menjadi pemimpin yang bertanggung jawab untuk memimpin pasukan, mengambil keputusan dan mengkoordinasi berbagai hal. Namun juga menjadi pelayan demi kenyamanan rombongan. Posisi yang cukup sulit untuk dilakukan, menjadi pemimpin sekaligus pelayan (tipe kepemimpinan yang menurut saya mungkin bisa dikatakan paling ideal). Seorang pemandu wisata (tour leader) harus makan dan istirahat paling terakhir, namun siap paling awal. Disaat rombongan bersenang-senang, berbelanja kami harus menunggu (kegiatan yang paling banyak dibenci orang) dan memastikan rombongan lengkap. Saat rombongan mulai lelah dan mood menurun,  kami harus kembali mecairkan suasana (pada hal kami juga lelah), dan kondisi lain yang pada intinya kepuasan, kenyamanan, kepentingan dan kebahagiaan orang lain menjadi prioritas utama, bahkan diatas kepentingan kami. Hal ini adalah pelayanan yang ideal yang diberikan oleh seorang pemandu wisata, memang tidak semua demikian, ada juga yang lalai dalam bertugas. Namun inilah tanggung jawab yang dimiliki pemandu wisata pada umumnya. 

Sekarang mari kita renungkan, apakah dalam sehari-hari kita sudah memiliki sikap hati yang melayani? Saya pribadi masih jadi "bunglon". Dalam arti, ketika saya bekerja, saya mampu melakukan sikap hati melayani namun dalam keseharian saya, saya belum mampu melayani seperti ketika saya bekerja.

Seandainya saya dan teman-teman, terutama kita yang di dalam Tuhan semua memiliki sikap hati yang sepenuhnya melayani betapa kemuliaan Tuhan dinyatakan. Jika ini dimiliki dalam pelayanan di Rumah Tuhan, betapa banyak jiwa-jiwa yang tertarik untuk datang.

Jika belum, (seperti yang selama ini saya alami mungkin) ya jangan heran kenapa masih banyak orang yang lebih suka datang ke diskotik, casino, mal, atau tempat hiburan lain yang pelayanannya lebih baik dari pada gereja dan anak Tuhan.

Hal ini sangat menegur saya dan membuat saya rindu berbagi, bahwa pelayanan kita orang percaya harus punya daya saing lebih dari pada pelayanan sekuler. Hal ini, menurut saya bukan hanya semata-mata Tuhan yang memberi kemampuan untuk kita dapat melayani, namun kemauan dan usaha keras kita yang memang mau belajar untuk melayani lebih baik.


Karena 2 pelajaran berharga ini, saya tidak pernah menyesali Natal saya tahun 2013 kemarin.
God Bless You


2 comments:

  1. hello hello, akhirnya nulis juga! gpp sharing tentang natal, lebih baik nulis daripada nggak sama sekali.

    Bagian tentang keluarga memang yang paling mengena. Setelah nikah apalagi terasa dilema antara keluarga sendiri dengan membalas budi orangtua. Penyesalan timbul ketika ayah mertua dipanggil pulang cepat sebelum kami bisa berterima kasih.

    Benar katamu, "Sungguh, tidak ada hal yang lebih indah dibanding seseorang dapat menghabiskan waktu dan momen bahagia bersama keluarganya. Berbahagia dan bahagiakanlah keluarga kita selagi ada kesempatan."

    Keep Writing Tari. And Good Luck di pekerjaanmu, good to know you're enjoying so much (except waiting). Stay close to God.

    JERRYTRISYA

    ReplyDelete
    Replies
    1. hehehe, iya ko..
      kebiasaan buruk kebanyakan orang (termasuk saya) kurang menghargai apa yang dimiliki saat ini dan baru sadar nanti ketika sudah kehilangan.
      ibarat mesin telat panasnya, hehehe.

      thank you for your support ko Jer.

      Delete