Saturday 7 December 2013

BELAJAR DARI IKAN




Tepat di tanggal 07 Desember 2013 hari ini, kantor saya kedatangan penghuni baru yang saya sebut dengan "mainan baru" yaitu beberapa ekor ikan hias. Atasan saya yang memang menyukai ikan hias, dan memutuskan untuk memelihara ikan tersebut dikantor kami yang terbilang baru. Sebuah keputusan yang memberi suasana unik dan baru bagi saya yang pada dasarnya tidak terbiasa memelihara hewan terutama di tempat kerja.

Setelah beberapa jam "mainan baru" ini menempati rumahnya, saya tertarik untuk memberi mereka makan. Dan siapa sangka lewat memberi makan ikan hias, saya sangat terberkati. Lewat tulisan ini saya akan berbagi sedikit cerita tentang berkat yang saya maksud.

Pernahkah anda berhitung, berapa banyak doa yang anda naikan kepada Tuhan yang isinya adalah "proposal" kebutuhan anda? Entah kebutuhan sehari-hari atau kebutuhan masa depan anda. Saya pribadi menyatakan mungkin "proposal" yang saya ajukan pada Tuhan lewat doa tidak terhitung jumlahnya.


Ok, lalu terlintas pada pikiran saya saat momen memberi makan ikan hias, "Pernah ga ya ikan berdoa pada tuannya untuk minta makan?" hahaha. Saya rasa tidak, karena sejauh yang saya tahu  ikan bukan manusia yang punya impian, harapan, dan jalur komunikasi dengan manusia sebagai pemiliknya.


Tapi ini yang menarik,

Pertama, walaupun ikan tidak minta makan, tapi saya atau pemiliknya pasti memberi dia makan bukan? bahkan bagi penyayang ikan seperti pimpinan saya, Beliau memberi makan ikan tersebut dalam jangka waktu yang teratur, tidak terlambat dan tidak terlalu cepat. Dan bukankah begitu juga dengan Tuhan sebagai Tuan dan Pemilik kita manusia? kalau manusia bisa mengasihi hewan peliharaan sedemikian rupa, bukankah Tuhan pasti mengasihi kita lebih dari itu? Bukankah Tuhan lebih dari manusia, dan manusia lebih dari sekedar hewan peliharaan? Bahkan dalam kekristenan sebagai orang percaya kita dikatakan anak Allah. So, kita harus belajar beriman, bahwa tanpa kita mengajukan sederetan daftar kebutuhan kita, Tuhan tahu kok apa yang benar-benar kita butuhkan. Kalau Nyawa Yesus saja diberikan bagi manusia yang percaya, apa lagi sekedar kebutuhan-kebutuhan hidup lainnya. Percaya saja.

Kedua, saya memberi makan pada ikan dengan cara menyediakan makanannya, bukan menyuapinya. Ketika saya memberi makan, ikan-ikan berusaha untuk mencari dan menemukan makanan tersebut. Saya rasa hal yang sama berlaku antara Tuhan dan kita anak-anakNya. Kadang kala kita harus berhenti untuk manja dan berharap disuapi Tuhan. Tuhan sudah sediakan hanya saja kita yang malas untuk meraihnya. Seperti yang tertulis dalam Matius 7:7 "Carilah maka kamu akan menemukan" hal yang kita cari sudah ada, hanya saja kita yang sudah mencari atau belum? "Ketuklah maka pintu akan dibukakan bagimu" pintunya sudah ada, tapi masalahnya kita sudah ketuk atau belum?
Mari kita sama-sama belajar bertumbuh untuk jadi pribadi yang dewasa termasuk dalam hal rohani. Saat jadi bayi jelas kita disuapi, tapi tidak selamanya kita diposisi sebagai bayi kan? Ada saatnya kita bertumbuh dan belajar meraih makanan yang sudah Tuhan sediakan.

Jangan berhenti bertumbuh, berhenti bertumbuh sama dengan berhenti hidup.

Ternyata dari memberi makan ikan, Tuhan pun memberi makan saya lewat perenungan sederhana ini.
Sekian dan terimakasih, Tuhan memberkati.


2 comments:

  1. Wow bagus banget tulisannya! Boleh ya kita posting ulang di blog jerrytrisya, tari jadi Guest-writer dan kita kasih linkback ke blogmu supaya the whole world knows?

    ReplyDelete
  2. Boleh kq ko..dengan senang hati..hehehe

    ReplyDelete