Tuesday 8 July 2014

PILIH SIAPA ??


gambar diambil dari : http://img.okeinfo.net/content/2014/01/24/568/931157/rSIUf9MQFX.jpg

Hari Selasa, 8 Juli 2014 yang artinya 1 hari menjelang PILPRES alias Pemilihan Presiden tanggal 9 Juli 2014 esok hari. Apakah teman-teman sudah menentukan pilihan? memilih Capres dan Cawapres nomor 1 atau 2? atau memilih untuk tidak memilih?

Saya mau berbagi dengan teman-teman semua mengenai menentukan pilihan. Hal ini adalah hasil sharing saya dengan banyak orang.

Pemilihan Presiden dan Wakil Presiden bagi negara kita adalah hal yang sangat penting, tidak hanya bagi diri kita sendiri namun juga bagi seluruh masyarakat negara kita tercinta Indonesia. Dengan memilih orang yang tepat maka kita secara tidak langsung ikut serta dalam membawa Indonesia menjadi lebih baik, dan sebaliknya memilih pilihan yang salah atau bahkan tidak memilih maka secara langsung kita ikut serta untuk menjerumuskan Indonesia dalam kesukaran.

Suatu hari kakak saya bercerita, pimpinan (a.k.a Pak Bos) di kantornya bertanya pada staff "kalian nanti pilih siapa nih?"
kebanyakan menjawab masih ragu atau belum tahu. Kemudian Pak Bos mengatakan bahwa menurutnya ada 3 kriteria dalam memilih seorang pemimpin dan ketiganya adalah masalah hubungan, yaitu sebagai berikut :

1. Pilih yang Hubungan Dengan Tuhan Baik

Pertanyaannya bagaimana cara kita tahu siapa diantara 2 Capres dan Cawapres kita yang memiliki hubungan baik dengan Tuhan? Jawabannya mudah. Lihatlah Karakternya, Banar atau Tidak.
Seseorang yang memiliki karakter benar (yang pasti baik, ingat bahwa baik belum tentu benar tapi benar sudah pasti baik) dapat dipastikan bahwa ia memiliki hubungan yang baik dengan Tuhan. Karakter yang benar diperoleh dari tuntunan Allah sendiri dan usaha dari seseorang untuk bertindak dangan taat serta takut akan Tuhan. Bayangkan jika kita dipimpin oleh orang yang karakternya tidak benar alias tidak punya hubungan yang baik dengan Tuhan, tentu ia akan memimpin dengan kehendaknya dan kuasanya sendiri bukan dengan kehendak dan kuasa Tuhan. Dan kita pasti bisa bayangkan hasil dari kepemimpinannya.

2. Pilih yang Hubungan Dengan Keluarganya Baik

Setujukah teman-teman bahwa segala sesuatu dimulai dan dipelajari dari hal-hal yang lebih kecil berlanjut ke hal-hal yang lebih besar?
Seorang pemimpin, dalam hal ini Capres dan Cawapres, sebelum memimpin negara dengan jutaan jiwa banyaknkya harus belajar memimpin dan membuktikan bahwa ia bisa memimpin keluarganya terlebih dahulu. Menjadi pemimpin kecil dalam keluarganya. Bayangkan jika seorang Capres dan Cawapres gagal dalam memimpin keluarga yang jumlahnya mungkin tidak lebih dari 5 atau 10 jiwa misalnya, bagaimana ia bisa memimpin jutaan jiwa?

3. Pilih yang Hubungan Dengan Orang Di Sekitarnya Baik

Pemimpin yang baik harus mampu menempatkan diri di tengah-tengah masyarakat. Seseorang yang berhubungan baik dengan orang lain akan dicintai dan kemudian akan dihargai dan kemudian akan disegani. Dia akan mengambil keputusan dengan mementingkan orang banyak, dan orang banyak akan mendukung keputusannya.
Kita juga bisa mengartikan ini sebagai "memilih pemimpin yang ada di tengah-tengah komunitas yang baik" ingat bahwa siapa kita tercermin dari lingkungan dengan siapa kita bergaul. Kebiasaan yang buruk merusak kebiasaan yang baik.

Kemudian, seorang staff bertanya dengan Pak Bos "Lalu menurut Bapak, bagaimana mengenai ketegasan. Bukankah kita perlu pemimpin yang tegas?"
Pak Bos menjawab, "Benar, kita butuh pemimpin yang tegas. Namun perlu kita perhatikan, ketegasan seperti apa yang kita cari? Ada orang yang benar-benar tegas untuk hal baik namun ada juga orang yang benar-benar tegas untuk hal yang buruk."

Jika saya manambahkan, ketegasan, keberanian, kejujuran, kecerdasan dan sejenisnya itu kembali lagi termasuk dalam karakter. Maka untuk mendapatkan pemimpin yang memiliki karakter tegas dan lainnya kembali lagi dengan pertimbangan poin satu diatas.

Melalui tulisan ini saya mengajak teman-teman untuk memilih, jangan golput. Pertimbangkan dengan benar dan berdoalah agar kita dapat menentukan pilihan dengan benar. Mari belajar mengasihi bangsa ini dan segala yang ada di dalamnya dengan cara turut berpartisipasi mentukan nasib bangsa kita. 

Tidak memilih bukanlah pilihan. Satu suara dari kalian bisa menyelamatkan bangsa Indonesia.

Ditunggu selfie kalian besok, dengan jari kelingking yang berwarna.

AKU TIDAK SENDIRI

Halloo Teman-teman !!
Di tulisan yang baru ini, saya mau sharing sebuah lagu yang sangat memberkati saya
Tapi Sebelum saya kasih tau lagunya, saya mau cerita sedikit kejadian yang saya alami dibalik lagu ini


Seperti yang tergambar di tulisan sebelumnya, bahwa saya sangat menikmati kuliah dan pekerjaan yang saya jalani selama ini.

Saya mengawali kuliah saya bersama dengan Tuhan (Bayar Kuliah Dengan Mujizat). Selama 4 tahun kuliah saya tidak pernah merasa terbebani dengan tugas-tugas dan jadwal kuliah sama sekali. Sampai tibalah saya di semester akhir periode bulan Maret-Juli 2014. Semester 8 adalah semester paling berat yang saya jalani, bukan semata-mata karena ada skripsi, namun karena keseluruhan kegiatan perkuliahan dan diluar perkuliahan.

Sekitar 1 bulan yang lalu, untuk pertama kalinya dalam 4 tahun kuliah, saya mengalami stres yang luar biasa karena begitu banyak dan beratnya tugas-tugas yang harus diselesaikan.

Kebanyakan mahasiwa/i semester 8 tugasnya hanya fokus pada skripsi atau ditambah dengan 1-3 mata kuliah, dengan jadwal kuliah mungkin hanya 2-3 hari dalam seminggu. Tapi saya dan teman-teman kampus, harus menjalani 9 mata kuliah diluar pengerjaan skripsi dan ini memang dijadwalkan oleh pihak kampus, tidak bisa diubah. Jam kuliah saya penuh dari 8 pagi hingga 4 sore setiap hari Senin-Kamis. Dengan mata kuliah Manaj.Keuangan, Hukum Bisnis, Manaj.Acara, Studi Kelayakan Bisnis, Manaj.Stratejik, Perencanaan Destinasi, Riset, dll. Dimana semua tugas berupa projek kelompok, seperti : membuat video dokumenter destinasi wisata, perencanaan keuangan perusahaan, perencanaan pembuatan perusahaan, pembuatan event, ditambah dengan skripsi, dll. Dan saya bertanggung jawab sebagai ketua dalam tugas pembuatan event. 

Untuk pertama kalinya dalam 4 tahun saya kuliah, saya menangis luar biasa dalam waktu beberapa jam.

Kondisinya saat itu saya dijemput Papi dari kantor Yere (kakak saya, karena saat off kuliah saya bantu dia kerja di bidang accounting di kantornya) untuk latihan dengan para pelayan di gereja. Namun karena jalan dari arah Cawang - Slipi macet total akhirnya saya digantikan orang lain, kami (saya dan Papi) akhirnya putar balik untuk pulang ke rumah. Dalam perjalanan Dosen saya menelepon, mengabarkan bahwa acara yang saya dan teman-teman sudah rancangkan akan diperbesar skala-nya. Konsep acara ini sudah di ubah 2 kali oleh dosen. Dari acara yang sederhana dibuat lebih besar, namun kemudian diperkecil dan untuk kali yang 3 acara tersebut diminta untuk diperbesar dalam jangka waktu H-7. Betapa stres-nya saya saat itu, karena tugas kuliah yang harus saya selesaikan tidak hanya manajemen acara ini, namun banyak tugas lain yang menanti ditambah dengan skripsi. Alhasil saya menangis di mobil. Sampai di rumah Papi, Mami dan Yere bingung melihat saya (mungkin Mami dan Yere mengira saya ribut dengan Papi di mobil). Mereka bingung ketika saya katakan saya stres dengan kuliah, karena selama ini mereka melihat saya baik-baik saja dalam kuliah.

Dalam kondisi yang luar biasa sulit bagi saya saat itu, saya teringat dengan 1 lagu. Lagu itu berjudul "BersamaMu Bapa" dinyanyikan oleh Sari Simorangkir dalam album Favor dari True Worshiper. Isi lagunya sebagai berikut :

Engkau ada bersamaku, di s'tiap musim hidupku
Tak pernah Kau biarkan ku sendiri
Kekuatan di jiwaku adalah bersamaMu
Tak pernah kuragukan kasihMu

BersamaMu Bapa, kulewati semua
PerkenananMu yang teguhkan hatiku
Engkau yang bertindak memb'ri pertolongan
Anug'rah Mu besar melimpah bagiku

Saya sangat terberkati oleh lagu ini. Seperti Tuhan sendiri yang menghibur dan menguatkan saya, saat menyanyikan lagu ini.

Dan ketika bernyanyi, saya benar-benar menyadari bahwa Tuhan bersama dengan saya dalam segala hal termasuk dalam kuliah. Tuhan menyertai saya untuk bisa masuk kuliah, dan Tuhan yang sama yang mendampingi saya dalam menyelesaikan kuliah. Saya tidak sendiri, baik dalam masa-masa sulit maupun masa-masa bahagia. Selalu ada Tuhan. Hal ini terbukti, saat ini saya punya lebih banyak waktu untuk menulis karena Tuhan bimbing saya untuk meyelesaikan tugas-tugas kuliah, tugas kuliah saya semunya sudah selesai, ujian akhir semester sudah selesai, saya sudah daftar sidang, tinggal menunggu jadwal untuk sidang di bulan Agustus. Dan nanti di bulan Agustus saya berdoa, agar bisa kembali berbagi dengan teman-teman bahwa Tuhan saya membimbing saya dalam sidang, dan membuat saya lulus dengan hasil yang baik.

Semoga tulisan dan lagu ini bisa jadi semangat untuk teman-teman yang mungkin saat ini sedang dalam masa-masa yang butuh perjuangan. 

Untuk dengar lagunya, teman-teman bisa Klik di judul lagu yang saya tulis diatas (sudah terhubung dengan youtube) disana juga ada sedikit kesaksian dari Sari Simorangkir mengenai lagu tersebut.
Tuhan yang menopang saya dimasa-masa sulit, Tuhan yang sama yang akan menopang teman-teman.

Blessed you

Tuesday 1 July 2014

My Christmas 2013

pohon natal
Setelah sekian lama tidak menulis, kali ini saya mau berbagi pengalaman yang harusnya di-posting awal tahun 2014, namun apa daya baru bisa rampung tulisannya hari ini.

Natal tahun 2013 adalah Natal yang sangat berbeda dan berkesan bagi saya, cukup sulit menggambarkan bagaimana perasaan saya dalam menikmati Natal tahun 2013. Ada rasa bersemangat, sedih, kesepian, tapi sekaligus juga sukacita.

Sejak bulan Maret 2013, saya tinggal di Batam selama 1 tahun dalam rangka program training yang menjadi program kuliah wajib di kampus saya. Saya bekerja di perusahaan Travel Agent atau Jasa Pariwisata. Dan itu berarti saya harus menanggung 2 resiko atas keputusan saya.
  1. Bekerja di saat semua orang pergi berlibur
  2. Merayakan Natal dan Tahun Baru tidak bersama keluarga
Dan kedua resiko tersebut sudah saya alami di Natal 2013 kemarin. Tepat 2 hari sebelum Natal yaitu tanggal 23 Desember, saya harus berangkat ke Singapura mendampingi sebuah keluarga dalam liburan mereka hingga tanggal 27 Desember. Untuk pertama kali dalam hidup saya, saya melalui Malam Natal dan Hari Natal tanpa keluarga juga tanpa ke Gereja (saya mengikuti ibadah Natal pada tanggal 22 Desember). Tapi justru ada beberapa pelajaran baru yang dibukakan bagi saya dalam kejadian ini.
  • Arti sebuah keluarga
Selama ini bagi saya, mungkin merayakan hari-hari penting bersama keluarga rasa nya tidak terlalu istimewa. Hal biasa yang setiap saat dapat dilakukan dan lebih mengarah pada rutinitas saja. Bahkan beberapa kali saya memilih untuk merayakan hari istimewa bersama dengan teman dan mengabaikan keluarga. Tetapi pengalaman di akhir tahun 2013 mengubah pola pikir saya tentang arti kebersamaan sebuah keluarga. Kebersamaan keluarga bukan sekedar rutinitas murahan yang setiap saat kita mau lalu kita dapatkan atau saat kita tidak mau lalu kita tinggalkan. Sungguh, tidak ada hal yang lebih indah dibanding seseorang dapat menghabiskan waktu dan momen bahagia bersama keluarganya. Berbahagia dan bahagiakanlah keluarga kita selagi ada kesempatan.

  • Arti sebuah pelayanan
Saya banyak belajar dari profesi dan pekerjaan yang saya jalani di bidang Tour and Travel (kami biasa menyebutnya dengan industri jasa). Jika teman-teman pernah jalan-jalan menggunakan jasa agen wisata, saya mengajak teman-teman untuk mengingat kembali kegiatan pemandu wisata kalian pada waktu itu. Apakah teman-teman puas dengan pelayanannya atau belum? yang belum pernah suatu saat nanti ketika kalian jalan-jalan dengan didampingi pemandu wisata, teman-teman bisa ingat-ingat apa yang saya bagikan disini.

Menjadi seorang pemandu wisata menurut saya bisa dikatakan menjadi pemimpin yang bertanggung jawab untuk memimpin pasukan, mengambil keputusan dan mengkoordinasi berbagai hal. Namun juga menjadi pelayan demi kenyamanan rombongan. Posisi yang cukup sulit untuk dilakukan, menjadi pemimpin sekaligus pelayan (tipe kepemimpinan yang menurut saya mungkin bisa dikatakan paling ideal). Seorang pemandu wisata (tour leader) harus makan dan istirahat paling terakhir, namun siap paling awal. Disaat rombongan bersenang-senang, berbelanja kami harus menunggu (kegiatan yang paling banyak dibenci orang) dan memastikan rombongan lengkap. Saat rombongan mulai lelah dan mood menurun,  kami harus kembali mecairkan suasana (pada hal kami juga lelah), dan kondisi lain yang pada intinya kepuasan, kenyamanan, kepentingan dan kebahagiaan orang lain menjadi prioritas utama, bahkan diatas kepentingan kami. Hal ini adalah pelayanan yang ideal yang diberikan oleh seorang pemandu wisata, memang tidak semua demikian, ada juga yang lalai dalam bertugas. Namun inilah tanggung jawab yang dimiliki pemandu wisata pada umumnya. 

Sekarang mari kita renungkan, apakah dalam sehari-hari kita sudah memiliki sikap hati yang melayani? Saya pribadi masih jadi "bunglon". Dalam arti, ketika saya bekerja, saya mampu melakukan sikap hati melayani namun dalam keseharian saya, saya belum mampu melayani seperti ketika saya bekerja.

Seandainya saya dan teman-teman, terutama kita yang di dalam Tuhan semua memiliki sikap hati yang sepenuhnya melayani betapa kemuliaan Tuhan dinyatakan. Jika ini dimiliki dalam pelayanan di Rumah Tuhan, betapa banyak jiwa-jiwa yang tertarik untuk datang.

Jika belum, (seperti yang selama ini saya alami mungkin) ya jangan heran kenapa masih banyak orang yang lebih suka datang ke diskotik, casino, mal, atau tempat hiburan lain yang pelayanannya lebih baik dari pada gereja dan anak Tuhan.

Hal ini sangat menegur saya dan membuat saya rindu berbagi, bahwa pelayanan kita orang percaya harus punya daya saing lebih dari pada pelayanan sekuler. Hal ini, menurut saya bukan hanya semata-mata Tuhan yang memberi kemampuan untuk kita dapat melayani, namun kemauan dan usaha keras kita yang memang mau belajar untuk melayani lebih baik.


Karena 2 pelajaran berharga ini, saya tidak pernah menyesali Natal saya tahun 2013 kemarin.
God Bless You


Saturday 14 December 2013

Bayar Kuliah Dengan MUJIZAT



Sesuai janji saya pada tulisan sebelumnya (Cerdik Seperti Ular Tulus Seperti Merpati), pada kesempatan kali ini saya mau cerita sedikit tentang Mujizat yang tidak akan pernah saya lupakan dalam hidup saya. Yaitu bagaimana Tuhan memampukan keluarga saya untuk membiayai kuliah seorang Tari.

Seperti yang sudah saya ceritakan bahwa dari kecil saya bermimpi menjadi seorang dokter dan untuk itu ketika saya meneruskan jenjang pendidikan dari SMP ke SMA, Saya, Papi dan Mami sepakat untuk memilih sekolah negeri. Dengan alasan karena lulus dari SMA negeri akan lebih mudah masuk ke Perguruan Tinggi Negeri pula. Tapi saat saya duduk di kelas 3 SMA, saya mempertimbangkan kembali rencana tersebut. Saat itu yang jadi pertimbangan saya adalah :
  1. Kuliah kedokteran memakan waktu yang sangat lama
  2. Untuk masuk jurusan kedokteran membutuhkan perjuangan yang tidak mudah, apa lagi jurusan kedokteran di Perguruan Tinggi Negeri dan dengan biaya kuliah yang rendah. Harus berjuang mengalahkan ribuan pendaftar melalui ujian SNPTN (sebutan jalur kusus untuk masuk Perguruan Tinggi Negeri pada jaman saya SMA)
  3. Minat dan bakat saya nampaknya bukan di bidang kedokteran, melainkan sesuatu yang berhubungan dengan komunikasi
  4. Biaya kuliahnya sangat amat mahal
Saya dibesarkan bukan dalam lingkungan keluarga yang sangat kaya dan saya tidak pernah menyesali itu. Dan dalam hal kuliah, yang ada dipikiran saya adalah bagaimana caranya agar saya bisa kuliah tetapi tidak membebani orang tua dengan biaya kuliah yang mahal? Dan satu-satunya solusi adalah beasiswa. Akhirnya saya berusaha mencari informasi tentang beberapa Perguruan Tinggi yang memiliki program beasiswa, keputusan saya jatuh pada Perguruan Tinggi Swasta tempat saya kuliah saat ini dan menempuh program studi Usaha Perjalanan Wisata, dengan harapan saya bisa lolos dalam ujian saringan masuk Beasiswa Penuh yang ditawarkan saat itu.

Singkat cerita, hanya 1 doa saya waktu itu "Kalau memang Tuhan izinkan saya kuliah, aku mau biaya kuliahnya Tuhan yang bayar, jangan Papi Mami". Lalu saya mencoba ujian saringan masuk jalur beasiswa penuh, tak lama kemudian hasil pengumuman keluar dan hasilnya......... GAGAL

Saya sedih, kuatir dan hampir putus asa. Yang saya pikirkan adalah "Ya sudah kalau gitu, berarti Tuhan ga izinkan aku kuliah, ga apa-apa". Kemudian saya berunding dengan Papi dan Mami, mereka bilang saya tetap harus kuliah, beasiswa penuh gagal, tapi masih ada beasiswa per-semester bagi mahasiswa berprestasi nanti saat kuliah sudah berjalan. Akhirnya Papi dan Mami memberanikan diri untuk pinjam uang dengan Kukuh (kakak perempuan dari Papi) sebesar DP uang pangkal.

Singkat cerita saya mulai masuk kuliah,bergabung dengan bagian marketing kampus dan dari sinilah saya mendapatkan informasi lagi mengenai beasiswa 80% dari pemerintah. Saya didaftarkan oleh pimpinan marketing saya, dengan modal nilai UN, prestasi saat SMA dan loyalitas terhadap kampus. Dan puji Tuhan kali ini BERHASIL. Jadi selama saya kuliah 4 tahun, yang seharusnya membutuhkan biaya sekitar 65 juta, saya cukup membayar 15 juta alias DP yang sudah dibayar di awal kuliah.

Dari kejadian saya belajar bahwa betapa kecilnya saya dan betapa besarnya Tuhan yang saya punya. Saya berusaha kuliah dengan kemampuan saya melalui berbagai tes kepintaran tapi tidak berhasil, dan itu berarti memang saya tidak pintar (tidak ada alasan untuk sombong). Tuhan membuktikan bahwa pintar atau tidak pintarnya seseorang tidak menjadi jaminan masa depannya. Hanya Tuhan satu-satunya jaminan masa depan.

Dan saya bisa katakan bahwa Tuhan tidak bohong, Dia menjawab doa saya. Uang kuliah saya tidak dibayarkan oleh Papi Mami. Tapi Tuhan yang bayar, 80% lewat beasiswa yang Tuhan berikan cuma-cuma bagi saya, 20% lagi Tuhan bayar lewat Kukuh.

Lewat tulisan ini, saya mau berbagi dengan teman-teman yang sekarang duduk di bangku sekolah dan sedang kuatir mengenai masa depan pendidikan karena mungkin orang tua kalian punya keterbatasan ekonomi. Jangan kuatir, jangan menyesal karena pernah lahir dalam keluarga yang tidak kaya raya karena kamu masih punya 1 keluarga lagi yang kekayaannya tidak terbatas, namanya Tuhan.

Mungkin beberapa dari teman-teman saya sudah sering sekali mendengan cerita ini, tapi sayangnya saya tidak pernah bosan untuk bercerita Mujizat yang pernah saya alami ini. Karena dengan saya cerita berulang-ulang setiap ada kesempatan, saya membantu ingatan saya agar tidak lupa akan kebaikan Tuhan yang pernah saya alami.

Secara khusus saya mendedikasikan tulisan ini untuk Papi, Mami, Kukuh dan pimpinan marketing yang sudah sama-sama berjuang untuk saya bisa kuliah. Saya juga sangat bersyukur Tuhan tempatkan saya pada keluarga kecil dan keluarga besar saya yang sekarang ini.

Percayalah, tidak ada keluarga yang lebih baik, lebih cocok, lebih sesuai untuk kita selain dari pada keluarga dimana kita berada saat ini

Tuhan memberkati.

Tuesday 10 December 2013

Cerdik Seperti Ular & Tulus Seperti Merpati






Seberapa sering kalian mendengar kalimat ini? "Cerdik Seperti Ular dan Tulus Seperti Merpati". Beberapa dari kalian mungkin baru pertama kali mendengar, sudah beberapa kali atau sering bahkan sering sekali. Saya masuk dalam kategori sering sekali.

Bagi kalian yang sama seperti saya yang sering sekali mendengar kalimat ini, apakah kalian juga sudah menemukan cara untuk bertindak sesuai dengan "Cerdik Seperti Ular dan Tulus Seperti Merpati"? atau ini hanya menjadi statement biasa yang tidak memiliki arti atau pengaruh dalam diri kalian? atau kalian bingung apakah ada tindakan yang benar-benar sesuai dengan kalimat ini? Saya pernah berada dalam semua kondisi pertanyaan tersebut. Tapi sekitar 4 bulan belakangan ini saya menemukan jawaban dan contoh nyata kalimat ini. Lewat tulisan, saya mau berbagi sedikit dengan para pembaca.

Untuk mengawali sharing, saya akan cerita sedikit tentang seorang Tari dan impiannya.

Saya adalah seorang yang memiliki banyak imipian tinggi dan suka dengan tantangan, terutama dalam hal edukasi, pekerjaan dan prestasi. Sejak kecil saya akui, saya tergila-gila dengan prestasi. Saya memaksa diri untuk belajar dengan giat dengan 1 tujuan, yaitu prestasi (menjadi lebih baik dan lebih maju setidaknya selangkah dibanding orang lain). Saya sangat sadar hal ini dapat membawa saya naik jika saya melakukannya dengan benar atau sebaliknya membawa saya pada kehancuran yang parah jika saya melakukannya dengan menghalalkan segala cara untuk mecapai impian saya dan menjadi seorang yang keterlaluan ambisius.

Seiring berjalannya waktu, bersamaan dengan kegiatan sekolah saya dulu dan kuliah saya kini (Kuliah dengan Mujizat yang nanti akan jadi tulisan saya selanjutnya), saya bergabung dalam berbagai bentuk pekerjaan seperti marketing, freelance event organizor, MC, dan beberapa perusahaan travel agent saat program Praktik Kerja Lapangan dari kampus. Dan sepanjang deretan kegiatan tersebut saya selalu berpikir apa mungkin tindakan yang sesuai dengan "Cerdik Seperti Ular dan Tulus Seperti Merpati" itu benar-benar ada? Kalau memang ada bagaimana praktiknya?

Karena sepanjang yang saya alami, terjun dalam dunia bekerja tidak mudah. Menjaga hati, pikiran juga tindakan agar tetap 'bersih' dan sesuai kehendak Allah dalam bekerja adalah sulit, butuh perjuangan. sama halnya dengan praktik "Cerdik Seperti Ular dan Tulus Seperti Merpati"
Ada 2 contoh yang saya temui :

  • Banyak orang yang sukses, memiliki perusahan sendiri, memiliki penghasilan besar, kedudukan tinggi atau yang saya sebut dengan istilah "Sepertinya Cerdik seperti Ular"
Beberapa orang bekerja dengan licik bahkan tidak jujur dan merugikan orang lain. Memalsukan laporan keuangan atau laporan pajak ganda, memberikan upah yang tidak sesuai dengan hak yang seharusnya diterima karyawan, pembagian keuntungan yang tidak jujur, dan lainya. Saya pernah berada dalam lingkungan ini, dan yang sangat disayangkan beberapa dari mereka mengaku Anak Tuhan. Memang sepertinya diberkati, tapi saya yakin jika kita sebagai Anak Tuhan menjalankan bisnis atau bekerja dengan cara yang tidak sesuai dengan kehendak Allah maka Allah tidak akan berkenan atas usaha kita. Sebagai buktinya beberapa orang yang saya maksud, kenyataannya seringkali mengalami kesulitan keuangan, menjadi pergunjingan orang, ditinggalkan orang, tidak pernah merasa cukup, bahkan usahanya terancam berantakan. Sekali lagi sepertinya diberkati, aslinya Tuhan tidak berkenan.

  • Seseorang yang menjalankan bisnis dengan takut akan Tuhan dan tidak cinta uang, walaupun sepertinya kekayaannya biasa-biasa saja, tapi tidak pernah kekurangan. "Cerdik Seperti Ular dan Tulus Seperti Merpati"
Setelah melihat banyak contoh yang tidak baik dalam dunia kerja, selama 4 bulan ini akhirnya saja mendapatkan teladan yang benar, tidak lain dan tidak bukan adalah pimpinan kantor dimana saya bekerja sekarang ini. Beliau mengepalai perusahan ini, yang statusnya dapat dikatakan sebagai kantor cabang travel yang ada di Malaysia dan Singapura. Beliau sangat giat dan memiliki strategi bisnis yang hebat. Dan saya rasa itu bukan semata-mata hasil pemikirannya tapi hikmat dari Allah bagi seorang pemimpin yang mau Allah pimpin. Pernahkah kamu menjumpai perusahaan yang komitmen memberikan perpuluhan ke Gereja? Pernahkah kamu menjumpai perusahaan yang banyak piutang tapi tidak mau utang? ya itu perusahaan tempat saya bekerja saat ini.

Ketika kami sudah kerja keras mengemas sebuah program wisata sudah 70% pasti deal tiba-tiba tamu kami cancel pimpinan saya tidak kecewa, dia hanya bilang "Ga apa-apa, berkat datangnya bukan dari tamu, tapi dari Tuhan. Tuhan bisa kasih tamu yang lebih banyak lagi" atau statement beliau lainnya seperti "Ga apa-apa kita dicurangi, yang penting kita tidak curang" bahkan ketika beliau belum ambil gaji selama 2 bulan karena uang pribadinya dipakai untuk cash flow perusahaan, beliau tidak pernah kelaparan tetap bisa jalan-jalan dan enjoy. Bahkan gaji staf nya tetap lancar dan pembayaran tagihan tetap lancar juga tidak ada pemalsuan laporan pajak. Perusahaan ini bukan tidak pernah rugi, kami pernah defisit selama beberapa bulan, sebagai perusahaan yang baru lebih kurang 8 bulan beroperasi defisit sangat wajar. Tapi dari bulan ke bulan bekerja dengan takut akan Tuhan sangat membuahkan hasil, saya melihat Tuhan membawa perusahaan ini semakin berkembang. Bayangkan dari defisit 2-3 bulan, di bulan ke 7 perusahan travel kecil yang hanya memiliki 2 orang pekerja menghasil kan keuntungan hingga beberapa puluh juta. Dan itu sungguh-sungguh bukan usaha manusia. Itu hadiah dari Tuhan untuk kerja keras yang disertakan dengan takut akan Tuhan.

Dan coba kalian tebak, usia pimpinan saya masih di bawah 30 tahun.

Hal ini menjadi bukti bagi saya secara pribadi, ternyata Tuhan ga muluk-muluk Cerdik Seperti Ular dan Tulus Seperti Merpati" itu memang ada dan sangat mungkin untuk dilakukan. Hanya saja kita mau atau tidak?

Secara kusus saya berbagi tulisan ini dengan kalian anak muda seperti saya yang memiliki impian besar menjadi seorang pengusaha tetapi belum memiliki teladan yang benar, juga kepada kalian yang sudah memiliki usaha atau pun bekerja dengan cara yang belum benar, masih ada waktu untuk mengubah apa yang tidak berkenan dimata Tuhan menjadi apa yang sangat diberkati Tuhan

Menjadi kaya itu berbeda dengan menjadi diberkati Tuhan

Tuhan memberkati

Saturday 7 December 2013

BELAJAR DARI IKAN




Tepat di tanggal 07 Desember 2013 hari ini, kantor saya kedatangan penghuni baru yang saya sebut dengan "mainan baru" yaitu beberapa ekor ikan hias. Atasan saya yang memang menyukai ikan hias, dan memutuskan untuk memelihara ikan tersebut dikantor kami yang terbilang baru. Sebuah keputusan yang memberi suasana unik dan baru bagi saya yang pada dasarnya tidak terbiasa memelihara hewan terutama di tempat kerja.

Setelah beberapa jam "mainan baru" ini menempati rumahnya, saya tertarik untuk memberi mereka makan. Dan siapa sangka lewat memberi makan ikan hias, saya sangat terberkati. Lewat tulisan ini saya akan berbagi sedikit cerita tentang berkat yang saya maksud.

Pernahkah anda berhitung, berapa banyak doa yang anda naikan kepada Tuhan yang isinya adalah "proposal" kebutuhan anda? Entah kebutuhan sehari-hari atau kebutuhan masa depan anda. Saya pribadi menyatakan mungkin "proposal" yang saya ajukan pada Tuhan lewat doa tidak terhitung jumlahnya.


Ok, lalu terlintas pada pikiran saya saat momen memberi makan ikan hias, "Pernah ga ya ikan berdoa pada tuannya untuk minta makan?" hahaha. Saya rasa tidak, karena sejauh yang saya tahu  ikan bukan manusia yang punya impian, harapan, dan jalur komunikasi dengan manusia sebagai pemiliknya.


Tapi ini yang menarik,

Pertama, walaupun ikan tidak minta makan, tapi saya atau pemiliknya pasti memberi dia makan bukan? bahkan bagi penyayang ikan seperti pimpinan saya, Beliau memberi makan ikan tersebut dalam jangka waktu yang teratur, tidak terlambat dan tidak terlalu cepat. Dan bukankah begitu juga dengan Tuhan sebagai Tuan dan Pemilik kita manusia? kalau manusia bisa mengasihi hewan peliharaan sedemikian rupa, bukankah Tuhan pasti mengasihi kita lebih dari itu? Bukankah Tuhan lebih dari manusia, dan manusia lebih dari sekedar hewan peliharaan? Bahkan dalam kekristenan sebagai orang percaya kita dikatakan anak Allah. So, kita harus belajar beriman, bahwa tanpa kita mengajukan sederetan daftar kebutuhan kita, Tuhan tahu kok apa yang benar-benar kita butuhkan. Kalau Nyawa Yesus saja diberikan bagi manusia yang percaya, apa lagi sekedar kebutuhan-kebutuhan hidup lainnya. Percaya saja.

Kedua, saya memberi makan pada ikan dengan cara menyediakan makanannya, bukan menyuapinya. Ketika saya memberi makan, ikan-ikan berusaha untuk mencari dan menemukan makanan tersebut. Saya rasa hal yang sama berlaku antara Tuhan dan kita anak-anakNya. Kadang kala kita harus berhenti untuk manja dan berharap disuapi Tuhan. Tuhan sudah sediakan hanya saja kita yang malas untuk meraihnya. Seperti yang tertulis dalam Matius 7:7 "Carilah maka kamu akan menemukan" hal yang kita cari sudah ada, hanya saja kita yang sudah mencari atau belum? "Ketuklah maka pintu akan dibukakan bagimu" pintunya sudah ada, tapi masalahnya kita sudah ketuk atau belum?
Mari kita sama-sama belajar bertumbuh untuk jadi pribadi yang dewasa termasuk dalam hal rohani. Saat jadi bayi jelas kita disuapi, tapi tidak selamanya kita diposisi sebagai bayi kan? Ada saatnya kita bertumbuh dan belajar meraih makanan yang sudah Tuhan sediakan.

Jangan berhenti bertumbuh, berhenti bertumbuh sama dengan berhenti hidup.

Ternyata dari memberi makan ikan, Tuhan pun memberi makan saya lewat perenungan sederhana ini.
Sekian dan terimakasih, Tuhan memberkati.


Thursday 21 November 2013

Patahkan Filosofi Dunia ( Edisi 1)


Pernah ga kalian merasa aneh atau sulit menerima pernyataan - pernyataan yang sudah berakar dalam masyarakat yang dianggap sesuatu hal yang wajar oleh hampir semua orang? padahal bagi kalian itu adalah sebuah pernyataan yang kurang tepat. Atau kalian merasa binggung apakah pernyataan tersebut benar atau salah? patut kalian ikuti sebagai sesuatu yang sah - sah saja atau justru ketika diikuti hal tersebut malah membawa kalian ikut terjun dalam hal yang tidak tepat? Saya pernah merasakan hal yang demikian.

gambar diambil dari littlemikhael.wordpress.com


Dalam tulisan ini saya mau share beberapa pendapat - pendapat yang sempat membuat saya berpikir panjang. Ada 4 kewajaran dalam masyarakat yang bagi saya adalah hal yang tidak wajar.


1. Cemburu Tanda Cinta
Saat saya duduk di bangku SMP dan SMA, dimana masa - masa tersebut adalah fase unik dalam seorang remaja terutama dalam hal percintaan. Saat kalian menemukan diri kalian marah-marah tidak karuan karena orang yang kalian taksir berbicara panjang lebar dengan lawan jenis nya, atau melarang "doi" yang katanya pacar kalian bertukar nomor HP dengan lawan jenis, dan hal serupa lainnya dengan alasan "wajar dong aku cemburu, kan aku sayang kamu" atau "aku suka kok kamu cemburu, kan itu tandanya kamu sayang sama aku" atau jangan-jangam sampai saat ini kita masih dalam posisi ini?

Saya pribadi mengaku pernah mengalami fase itu. Dan sampai saat ini masih berusaha untuk menang atas fase tersebut (bukan hanya bicara mengenai kecemburuan antar lawan jenis). Hal ini membuat saya berpikir, apakah mengasihi (alias cinta, saya lebih suka menyebutnya dengan kasih) ditandai dengan perkara cemburu tersebut? apalagi hal kecil dibesar-besarkan karena kecemburuan dengan mengatasnamakan kasih. Sejauh yang saya amati, kecemburuan membawa pertengkaran sedangkan sifat kasih seharusnya membawa pendamaian. 


Dalam Buku yang saya imani 1 Kor 13: 4 berkata " kasih itu sabar; murah hati ; ia tidak cemburu......" 


So, jelas kedua hal ini sungguh berbeda. Bahkan bisa dikatakan bertentangan. KASIH = CEMBURU


2. Kesabaran Ada Batasnya
Hal mengampuni mungkin menjadi tantangan bagi setiap orang, termasuk saya.
Dulu saya berpikir bahwa saya adalah seseorang yang mudah mengampuni dan tidak mendendam, sebagian dari hal ini memang benar, tapi sebagian lagi salah karena beberapa waktu lalu saya menemukan diri saya membenci seseorang yang saya anggap sangat melukai saya. Selama kurun waktu 6 bulan saya bertahan untuk bersabar dan mengampuni tetapi di bulan ke 7 hingga ke 10 saya menyadari bahwa saya tidak bisa mengampuni. 

Seandainya bisa pun, saya belum mau (pada saat itu). Kalimat tersebut muncul dalam hati saya. Saya mengkoleksi kebencian yang akhirnya sedikit banyak merubah kepribadian saya, membawa saya dalam kemunduran. senjata saya yang sering saya gunakan adalah "sudah cukup selama 6 bulan saya bersabar diperlakukan tidak adil dan mengampuni, tapi sekarang kesabaran sudah habis dan pengampunan sudah tidak ada" atau "selama ini saya terima jika dikatakan sebagai apa pun dipersalahkan karena apa pun, tapi untuk yang satu ini saya tidak terima. sudah cukup" atau "Jika saya selalu diam dan mengalah, mengampuni dan bersabar terus menerus maka saya akan selalu diinjak-injak dan si dia tidak akan tau bahwa dia salah, jadi sekarang saya harus bertindak (membalas atau melawan". Itu semua adalah pembelaan yang sangat wajar dan umum dijumpai oleh setiap orang dan dianggap sah-sah saja.

Sampai saya diingatkan oleh Buku yang saya imani Matius 18:22 bilang ".....bukan tujuh kali, melainkan sampai 70 kali 7 kali"

Hal ini mematahkan seluruh pembelaan yang saya anggap benar.
Hal ini membahas mengenai pengampunan yang sebenarnya bisa dikatakan bahwa mengampuni itu tidak ada batasnya. Sama hal nya mengenai kesabaran. Kita perlu belajar untuk sabar. kalau kita sabar hanya sekali atau dua kali itu bukan sabar namanya. Tuhan saya pernah dianiaya berkali-kali hingga mati untuk hal yang bukan kesalahanNya tetapi tetep "calm down". Itu baru sabar yang sesungguhnya.

Saya sangat suka dengan kalimat ini "terluka itu pasti, tapi tetap sakit hati atau mengampuni itu pilihan". Dan akhirnya saya bisa lolos dalam ujian mengampuni (dalam kasus ini), yang saya anggap ujian mengampuni yang terberat, "so far" . Dan biasanya ujian mengampuni berikutnya akan lebih berat lagi, "get ready"